Minggu, 18 November 2012

Diajak Liburan lagi

Pukul 15.30 17/11/12 @BBPTU Sapi Perah Baturraden

belum sempat istirahat siang, adzan sudah memanggil untuk segera beranjak dari pembaringan, "Oke, saatnya ketemu pedet-pedetku yang imut lagi."
na na na nana nana nana....hapeku bernyanyi, tentu bukan seperti itu suaranya, sebuah lagu yang dinyanyikan Donghae feat Henry, ost skip-beat love, yeah...saya Korean Drama lover, hehe. tetap saja suka meski nggak tau artinya, yang penting musiknya.
"assalamu'alaikum....," hening sejenak....entah itu nomor siapa, handphoneku hilang beberapa waktu yang lalu. 
"wa'alaikumsalam....Mbak Mut...,"
aku tak yakin, tapi ini seperti suara...
"Mbak Mut, nangendi? mreneo...ayo nang Ngebum lagi. sama Mbak Lia lagi, sama Mbak Muti."
"Dek Rohman....Mbak ndak..."
"Sisuk mrene ya, Mbak..,"
aku diam, sulit mengatakan tidak. 2 bulan ini aku belum sempat pulang ke rumah, apalagi mengunjungi keluarga Pak Sarwono, keluarga angkatku.
maaf,Bapak. saya minta maaf belum bisa mainke Kendal, saya masih penelitian di Baturraden.

ya, hati2 ya. balas beliau



 Aliya, Rohman, Muti sedang berlibur di TAB (06/2012).

*adik kandungku saja tak pernah sekedar sms kecuali jika dia butuh uang atau pulsa, fuuuh....

Kamis, 08 November 2012

Kecewa

Masih November ini, teman-teman sudah sibuk mempersiapkan diri untuk KKN di Bulan Januari mendatang. Iseng, saya pinjam berkas persyaratan pendaftaran yang dibawa salah seorang teman. pada satu kertas, saya tertarik.
"Persyaratan baru ya? tahun lalu nggak ada?"

Tiba-tiba saja ada sesuatu yang menyesakkan dada. semester lalu (6), sebuah potongan episode itu teringat, entah bagaimana justru lebih menyesakkan sekarang padahal dulu saya mengikhlaskannya. saya kecewa.

saya kebetulan di tempatkan di daerah lereng gunung, kita semua tahu jika pada umumnya lereng gunung itu dingin. dan saya tak pernah bisa bersahabat dengan dingin. untuk hal itulah saya datang ke kantor dimana ketua KKN saat itu berada untuk menghadap, berharap mendapatkan kemurahan hati beliau untuk urusan yang saya fikir mudah, untuk pindah tempat.

beberapa lama menunggu (2 jam) saya cemas mendengar karakter beliau yang keras. saya tahu saat itu saya salah, seharusnya saya datang lebih awal membawa surat keterangan dari dokter agar bisa ditempatkan di tempat yang aman untuk kondisi saya. tapi bukan berarti saya tak mewanti-wantinya, perihal surat izin ini sudah 2 kali saya tanyakan ke petugas jaga saat pendaftaran, bahkan teman saya yang menanyakan hal serupa juga mendapat jawaban yang sama :"nanti saja setelah pembagian tempat." sekarang siapa yang salah? ah, sudahlah....tak ada yang harus disalahkan.

"Tidak bisa." kata itu diucapkan beberapa kali. tak bisa hatinya digoyahkan. surat keterangan dokter tak disentuhnya sekalipun. bahkan teman saya yang datang beberapa saat setelah itu juga dibentak. "Apa kamu, Mbak? mau minta pindah juga?" tidak, kawan saya yangbaik hati itu dengan suka rea menawarkan diri untuk dipindah lokasi dengan saya. tapi tetap saja, tak ada yang bisa diubah.

saya pun datang kepada dosen wali saya. menceritakan kejadian tersebut, bukan bermaksud mengadu, tapi saya hanya bingung. dengan sedikit emosi yang tertahan, didepan saya, beliau langsung menghubungi beberapa rekan yang mungkin bisa membantu perihal masalah saya. beliau faham benar dengan kondisi kesehatan saya, tentu saja beliau memperjuangkan masalah saya ini dengan sekeras mungkin.

tapi, akhirnya saya tidak jadi pindah, dan tidak bisa pindah. saya harap saya bisa menyesuaikan kondisi. dan hari ketujuh disana, atau hari kelima bulan ramadhan itu, saya terpaksa dilarikan ke IGD RSUD Kartini, Jepara. siangnya ayah datang menjemput dan membawa saya ke RSUD R. Soedjati Purwodadi, saya transit di IGD lagi. 3 hari diopname. DPL dan teman-teman KKN  tak ada yang menanyakan kabar. berharap diperhatikan kah saya? tidak! tapi saya harap mereka masih menganggap saya adalah bagian dari kampus ini. ya, mereka peduli, tanggung jawab sedikitlah, ada asuransi kok. tapi sampai sekarang saya juga tak tahu apakan asuransi itu akan benar-benar cair atau tidak. tentang dosen wali saya, beliau marah besar, memarahi DPL-DPL yang tak bisa berbuat banyak. "Urusan memindah satu anak saja apa sulitnya? sudah kejadian begini siapa yang mau tanggung jawab?" semua DPL yang kena amukan beliau hanya diam, tak sedikitpun bicara.

ini hanya satu kisah kecil diantara kisah-kisah lain yang serupa. Kampus saya, Pemerintah, Negara saya, sampai kapan seperti ini? haruskah selalu menanti datangnya pengorbanan untuk membuktikan hal yang benar? yang jujur dikira bohong, yang bohong dikira jujur. hhhaahhhh, saya ingin menghela nafas yang lebih panjang. Semoga masing-masing individu di negeri ini dapat menjadi individu yang benar dan baik.