Kamis, 12 Juli 2012

Cemas, Dosa?

'Dalam hal ini, sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita.'

Tere Liye, berkata melalui Pak Tua dalam 'Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah' yang mengatakannya. Kau tahu, 'ini' yang dimaksudnya apa? Ah kawan...rasanya aku ikut bahagia dan bahkan bisa merasakan bagaimana perasaan jatuh cinta yang dialami Borno pada gadis berwajah sendu menawan yang ternyata bernama Mei itu. Aku pun jatuh cinta. Jatuh cinta pada tulisan-tulisannya meski baru saja membaca satu diantara berpuluh karyanya, dialah Tere Liye.

Namanya Tere Liye, mendengarnya apa yang kau fikirkan? kufikir dia adalah nonis (non islam), ada keturunan luar negeri gitu dan....seorang perempuan. Salah! aku terjebak! beliau bahkan adalah seorang muslim yang taat, asli Indonesia lagi. Ah, kita manusia selalu saja menerka-nerka apa yang terlihat di permukaan, padahal Allah bilang sebagian prasangka itu adalah dosa. Nah lo, aku dosa nggak ya ngira Bang Tere Liye ini cewek? hehehehe, *maaf Bang, kgak tahu waktu itu. Habisnya namanya unik, bisa jadi orang tertarik membaca bukunya karena berawal dari rasa penasaran dengan namanya itu, seperti saya :)

Mungkin keunikan nama juga yang menginspirasi dengan tokoh Borno dan gadis yang membuatnya love at first sight

 'Kamu tahu kalau ada orang yang bernama Rabo Kliwon?'kata Borno mencoba melucu ditengah usahanya mencairkan suasana. 'Pak Tua bahkan punya kenalan dengan dua belas anak. namanya mulai Januari, Februari sampai November dan Desember?' Gadis berwajah sendu menawan itu menggelengkan kepala, bukan tertawa seperti yang diharapkannya. "Abang, namaku Mei." 'eh, apa?' Borno tergelak, kaget. "Meski itu nama bulan, kuharap Bang Borno tidak menertawakannya."

Nasib malang, makan tak doyan, mandi segan, tidur pun tak tenang. 'bagaimana kalau dia membenciku? setelah semua skenario bodoh yang kulakukan ini?'

'Dalam hal ini, sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita,'begitu kata Pak Tua. 'Dibuat-buat sendiri, diperbesar-besarkan sendiri, nyatanya?'

Dan surat tanpa nama yang dititipkan itu pun menjawab kegundahan hati yang tak pasti.
'Abang harus tahu, lebih jarang orang yang bernama Sumatra, Jawa, Sulawesi atau Kalimantan dibanding nama-nama bulan. sebenarnya lebih aneh lagi nama Borno, apalagi huruf e nya dihilangkan hanya gara-gara orang lebih mudah memanggil Borno dibanding Borneo. Sampai ketemu besok Abang, Abang Borno alias Abang Kalimantan alias Abang bekas sungai.'

dan...'Alamak...dia tak benci, hanya sebal.'

Kalau didalam prasangka itu ada dosa, sedangkan cemas itu muncil dari prasangka-prasangka negatif, apakah cemas juga dosa?

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." ~QS. Al-Hujarat : 12

Allah tidak mengatakan, "Semua prasangka", karena sebaian prasangka itu ada dasar dan alasannya. Allah juga berfirman, "Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa." Allah tidak mengatakan semua prasangka. Prasangka yang berdosa adalah (yang menyebabkan adanya permusuhan dengan orang lain) prasangka yang tak berdasar.

Be Positive Thingking, Khusnudhon atuh...:)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar